Teringat sewaktu saya kelas 2 SMA, saya tidak masuk pada hari pertama tahun ajaran baru, karena bis yang saya tumpangi dari Jogja menuju Medan tidak sesuai dengan jadwal, atawa telat.
Liburan panjang saat itu saya dan abang no.3 berlibur ke Jogja, mengunjungi eyang putri (nenek dari ibu), abang no.1 dan kakak no.2 yang sedang kuliah di sana.
Akibat telat satu hari masuk sekolah, tidak bisa milih tempat duduk dan juga teman sebangku. Berhubung saat itu teman sebangku saya di kelas 1 tidak masuk kelas yang sama di kelas 2. Pasrah duduk di mana dan dengan siapa.
Pastinya tempat duduk yang tersisa adalah yang terdepan, dan teman sebangku saya hari itu senasib dengan saya, satu hari telat masuk sekolah. Bedanya dia baru balik berlibur dari New York.
Melihatnya saya sudah tahu pasti kami beda” kasta”. Dia mengeluhkan pada saya kalau badannya pegal semua karena berapa belas jam di pesawat. Dalam hatiku menggumam, ” belum pernah mungkin kau rasakan berapa hari di bis kayak aku yakk..” Sayapun cuma tersenyum saja.
Ternyata si teman sebangku hanya bertahan 1 hari, entah kenapa dia pindah ke kelas lain, dan teman sebangku berikutnya telat masuk sekolah beberapa hari. Setelah mengobrol ternyata dia baru balik liburan keliling Eropa bersama keluarganya.
Si teman sebangku ini juga pindah ke kelas lain beberapa hari kemudian. Pernah beberapa bulan juga sebangku dengan seorang yang punya inisial nama yang sama dengan Saya ” I.S”, ini juga beda “kasta”. Akhirnya saya menemukan sebangku yang cocok, inisial “RST”. Berasal dari Kabanjahe, sangat sederhana, dan sangat pintar. Kabarnya sekarang dia lagi di Inggris mengambil kuliah S2.
Saya teringat hal di atas karena sewaktu mendekati liburan natal yang cukup panjang kemarin, seringnya selesai meeting dan pergi makan siang bersama. Saling menanyakan libur kemana. Ada yang menanyakan ke saya ” tidak ke ‘luar’ ndah?” Karena mereka menceritakan pengalaman2 mereka berlibur ke ‘luar’.
Beda sewaktu SMA dulu, saya sedikit minder karena merasa berasal dari keluarga yang sederhana. Sekarang dengan santainya saya menjawab, “ah.. masakan saya mau jalan – jalan ke luar negeri sedangkan saya belum pernah ke Bunaken, P. Lombok, P. Komodo, negeri sendiri aja belum abis dijelajahi.”
Tapi setelah saya tanyakan ke mereka yang ceritanya pernah berlibur ke negara2 lain, ternyata mereka jarang berlibur ke daerah di negeri sendiri. Agak miris hati ini mendengarnya.
Entah kenapa setiap kali saya berlibur ke Danau Toba, saya tetap takjub akan keindahannya. Menginap beberapa hari di Tuk Tuk, suatu daerah di Pulau Samosir bersama keluarga sangat menyenangkan.
Liburan kemarin saya ke Jogja bersama seluruh keluarga, berhubung kakak ipar berasal dari Manado dan belum pernah ke Borobudur, kamipun ke sana. Sebenarnya agak malas juga sih. Bagi kami yang dulunya kuliah di Jogja ke Borobudur menemani saudara yang berkunjung ke Jogja kami sebut dengan istilah “lihat batu”
Tapi liburan kali kami tidak hanya “lihat batu”. karena kami satu keluarga lengkap dengan cucu dan mantu, saya usul untuk pakai guide saja, nambah tidak seberapa dan kita bisa belajar banyak.
Tidak terhitung kunjungan saya yang ke berapa ke Borobudur Desember kemarin. Tapi mendengar penjelasan sang Guide membuat saya melongo dan terkagum-kagum. Guide menjelaskan Sejarahnya, dari pembuatan, makna2 dari pemilihan tempat dibangun candi tersebut, makna relief, proses pemugaran, teknik pembuatan yang membuat candi tersebut. Pokoknya wow banget, sepertinya arsitek dan sarjana teknik sipil zaman bahuela lebih canggih dari yang sekarang.
Keesokan harinya kami ke Keraton, kali ini mami papi enggak ikut, lagi-lagi karena kakak ipar yang belum pernah ke keraton kami berkunjung ke sana. Saya sangat suka mendengarkan Guide menjelaskan sejarah keraton, makna dari posisi keraton, Bisa lihat di foto di bawah. Si Bapak ini bukan sedang menjelaskan strategi perang ataupun strategi menyerang dalam sepak bola. Sedang menjelaskan posisi Gedung Keraton dan artinya. Terlihat keponakan saya yang berumur 5 dan 2 tahun memperhatikan dengan serius. Lagaknya seperti mereka mengerti.
Setelah itu saya minta diantar pulang dulu, karena mereka ingin melanjutkan dengan wisata belanja, yang saya kurang mahir untuk menikmati wisata yang satu ini. Bukan karena saya pelit, memang kurang bisa menikmati saja. Berjalan -jalan lihat sana sini belum tahu yang dibeli apa seringnya membuat saya sakit kepala.
Liburan kemarin sangat berarti buat saya, semua keluarga berkumpul.
Saya tidak sabar, masih dalam wacana kami sekeluarga ingin mengunjungi abang yang bertempat tinggal di daerah Sulawesi Utara, sekalian berlibur ke Bunaken.
Tapi keluarga berharap di saat itu yang belum punya pasangan diharapkan sudah punya pasangan. Itu berarti saya dan abang saya yang tertua. Mmmhh may their wish come true… 🙂
Dengan adanya Visit Indonesia Year 2008, saya sangat berharap kita sendiri sebagai warga negara Indonesia mau mengunjungi daerah wisata negeri sendiri yang saya rasa sangat elok. Dengan kekayaan alam dan budaya potensi Indonesia sangat tinggi.
Walaupun tidak saya pungkiri saya punya mimpi ingin berkunjung ke Negara Perancis, dan mengunjungi daerah-daerah pinggiran negeri tersebut.
Setidaknya mari cintai negeri sendiri terlebih dahulu..