Kamis, 5 April mulai ngantor lagi, setelah beberapa hari tugas luar kota. Selama di luar kota udah kebayang balik ke Jakarta ‘n karaokean ama temen2 kantor. Tapi rencana ditunda minggu depan, mbak Melda ga bisa, soalnya anaknya minta dia cepat pulang.
Chat bareng Kak Icus, n dia cerita kalo film Nagabonar Jadi 2 bagus bangeeeddd. Weitzzzzz, langsung cari temen, sapa yang bisa nonton bareng. Sempat jempol gatel sms orang yg kayaknya ga bakal nolak kalo diajak. Tapi akal sehat masih jalan, Apa kata dunia kalo aku ajak dia. Entar dikiranya pulak ngasih sinyal2 “positif”. 😛
Akhirnya bareng temen kantor, bertiga ama Febi ‘n mbak Sofi.
Milih di Djakarta Theater, paling deket dari kantor. Aku belum pernah nonton di sini. Eh ternyata murah euy… begini ceritanya bisa2 sering2 nonton. Biasanya ku nonton di EX, manfaatin promo dari cc BCA.
Ok, sekarang aku ceritain dikit tentang film ini.
NBJ2 sekuel film NAGABONAR produksi tahun 1986, n mendulang sukses. Tapi tidak seperti NAGABONAR yang mengambil setting masa perjuangan kemerdekaan, NBJ2 tampil dengan modern masa kini.
Tidak sekedar jadi pemeran utama, Deddy Mizwar juga mensutradarai film tersebut.
Bicara soal acting ga usah diragukan lagi. Aktor kawakan ini sudah mengantongi 4 piala Citra dan 2 piala vidya.
Di NBJ2 Nagabonar (Deddy Mizwar) memiliki seorang anak laki-laki yang terbilang sukses, lulusan S2 dari luar negeri, namanya Bonaga. (Tora Sudiro)
Bonaga menjemput bapaknya ke perkebunan mereka di daerah Lubuk Pakam Sumatera Utara, dan bersama-sama ke Jakarta. Sebelum berangkat Nagabonar pamit terlebih dahulu di makam istrinya Kirana, ibunya, dan sahabatnya si Bujang. Pemandangan perkebunan sawit yang keren, tempat di mana orang2 yang dicintaiNagabonar dimakamkan.
Sebenarnya film ini menceritakan pertentangan antar generasi. Bonaga bermadsud menerima pinangan investor yang hendak mensulap perkebunan sawit mereka menjadi sebuah resort. Hal itu menyakiti hati Nagabonar, mengingat orang yang dicintainya dimakamkan di sana.
3 orang tangan kanan Bonaga, Pomo (Darius Sinathrya), Ronni (Uli Herdinansyah), dan Jaki (Michael Mulyadro). Mereka berusaha meyakinkan Bonaga dan juga Nagabonar.
Untuk film ini, menariknya semua tokoh karakternya jelas. Nagabonar dan Bonaga, sama2 polos, keras kepala, jujur, (walaupun Nagabonar mantan copet) dan sama2 ga bisa mengungkapkan cintanya pada perempuan. Sedangkan Pomo, asal Jawa orangnya agak plin plan., nggeh2 aja. Ronni, asal Manado pintar bicara. Jaki, ga jelas sih asalnya agak2 Arab, rajin sholat, tapi punya niatan gelapain laporan pajak perusahaan.
Oh ya di sini wanita yang dicintai Bonaga adalah Monita (Wulan Guritno). Dia tipe wanita mandiri, cantik dan sukses. Tapi sayang Bonaga tak kunjung menyatakan cintanya. Kata Bonaga seperti kutuk yang diturunkan Nagabonar, ga bisa nyatain cinta.
Di film ini, walaupun banyak mengocok perut, dengan segala ulah Nagabonar, segala istilah2 Medan (seperti Kata Bengak.., dah lama aku ga dengar kata ini) film ini tetap membawa pesan cinta. Orang tua dan anak, sahabat, dan juga pasangan.
Bener kata kak Icus film ini bagus bangeeeddd, bikin ketawa sampe nangis. Ibarat oasis di tengah film hantu yang ga jelas lagi rame2nya bergentayangan di Bioskop.
Jalan cerita yang sederhana, tapi masih berbobot, tokoh yang berkarakter. Dan menurut penilaianku Tora Sudiro berhasil menandingi kemampuan acting Deddy Mizwar, setidaknya enggak “jeglek”lah.
Nagabonar juga ada beberapa kali bicara kelembutan hati. Ini yang aku dapatin dari film ini. yup..”kelembutan hati” itu penting n penting banget.
Walaupun aku kasih dua jempol untuk film ini. Tapi masih ada keganjalan yang kulihat.
Makamnya agak aneh, terlalu sederhana. Pusara yang cuma terbuat dari kayu. Makam yang buatku sangat langka dijumpai di daerah sumatera utara. Aku ga bandingin dengan makam di pulau Samosir loh..(lebih keren dari rumah).
Tapi aku puas nonton film ini. Setidaknya ga cuma sakit perut karena ketawa, tapi bawa pulang satu pesan tentang kelembutan hati.;)